1. PENALARAN
DEDUKTIF DAN INDUKTIF
Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan
pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan melalui penalaran tersebut
mempunyai dasar kebenaran maka proses berpikir itu harus dilakukan dengan suatu
cara dan prosedur tertentu. Penarikan kesimpulan dari proses berpikir dianggap
valid bila proses berpikir tersebut dilakukan menurut cara tertentu tersebut.
Cara penarikan kesimpulan seperti ini disebut sebagai logika.
Logika
dapat didiefinisikan secara luas sebagai pengkajian untuk berpikir secara
valid. Dalam penalaran ilmiah, sebagai proses untuk mencapai kebenaran ilmiah
dikenal dua jenis cara penarikan kesimpulan yaitu logika induktif dan logika
deduktif. Logika induktif berkaitan erat dengan penarikan kesimpulan dari
kasus-kasus individual nyata yang sifatnya khusus dan telah diakui kebenarannya
secara ilmiah menjadi sebuah kesimpulan yang bersifat umum.
Sedangkan
logika deduktif adalah penarikan kesimpulan yang diperoleh dari kasus yang
sifatnya umum menjadi sebuah kesmpulan yang ruang lingkupnya lebih bersifat
individual atau khusus.
A.Penalaran
Induktif
Penalaran
yang bertolak dari penyataan-pernyataan yang khusus dan menghasilkan simpulan
yang umum.
Bentuk-bentuk Penalaran Induktif :
a)
Generalisasi :
Proses
penalaran yang mengandalkan beberapa pernyataan yang mempunyai sifat tertentu
untuk mendapatkan simpulan yang bersifat umum.
Contoh generalisasi :
v Jika dipanaskan, besi memuai.
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jika dipanaskan, emas memuai.
Jika dipanaskan, platina memuai
Jadi, jika dipanaskan, logam memuai.
b) Analogi :
Cara
penarikan penalaran dengan membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang
sama.
Contoh analogi :
Nina adalah lulusan Akademi Amanah.
Nina dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Ali adalah lulusan Akademi Amanah.
Oleh Sebab itu, Ali dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
c) Hubungan kausal :
penalaran
yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan.
Macam hubungan kausal :
1) Sebab- akibat.
Hujan
turun di daerah itu mengakibatkan timbulnya banjir.
2) Akibat – Sebab.
Andika
tidak lulus dalam ujian kali ini disebabkan dia tidak belajar dengan baik.
3) Akibat – Akibat.
Ibu
mendapatkan jalanan di depan rumah becek, sehingga ibu beranggapan jemuran di
rumah basah. Induksi merupkan cara berpikir dengan menarik suatu
kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual.
Penalaran
induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataaann-pernyataan yang ruang
lingkupnya khas dan terbatas dalam menysusun argumentasi yang diakhiri dengan
pernyataan yang bersifat umum.
B. Penalaran Deduktif
Penalaran
deduktif adalah kegiatan berpikir yang sebaliknya dari penalaran induktif.
Deduksi adalah cara berpikir di mana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik
kesimpulan yang bersifat khusus.
Penarikkan
kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan
silogisme. Silogisme disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan.
Pernyataan yang mendukung silogisme ini disebut sebagai premis yang kemudian
dibedakan menjadi
1) premsi mayor dan
2) premis minor.
Kesimpulan merupakan
pengetahuan yang didapat dari penalaran deduktif berdasarkan kedua premis
tersbut. Penarikan kesimpulan secara deduktif dapat dilakukan secara langsung
dan tidak langsung. Penarikan tidak langsung ditarik dari dua premis. Penarikan
secara langsung ditarik dari satu premis.
Dari contoh sebelumnya
misalkan kita menyusun silogisme sebagai berikut.
v Semua mahluk hidup perlu makan untuk mempertahanka hidupnya (Premis mayor)
v Joko adalah seorang mahluk hidup (Premis minor)
v Jadi, Joko perlu makan untuk mempertahakan hidupnya (Kesimpulan)
Kesimpulan yang diambil
bahwa Joko juga perlu makan untuk mempertahankan hidupnya adalah sah menurut
penalaran deduktif, sebab kesimpulan ini ditarik secara logis dari dua premis
yang mendukungnya.
Dengan demikian maka
ketepatan penarkkan kesimpulan tergantung dari tiga hal yaitu:
1) kebenaran premis mayor,
2) kebenaran premis minor, dan
3) keabsahan penarikan kesimpulan.
Apabila salah satu dari
ketiga unsur itu persyaratannya tidak terpenuhi dapat dipastikan kesimpulan
yang ditariknya akan salah. Matematika adalah pengetahuan yang disusun secara
deduktif.
C. Korelasi Penalaran Deduktif dan
Induktif
Kedua
penalaran tersebut seolah-olah merupakan cara berpikir yang berbeda dan
terpisah. Tetapi dalam prakteknya, antara berangkat dari teori atau berangkat
dari fakta empirik merupakan lingkaran yang tidak terpisahkan.
Kalau
kita berbicara teori sebenarnya kita sedang mengandaikan fakta dan kalau
berbicara fakta maka kita sedang mengandaikan teori. Dengan demikian, untuk
mendapatkan pengetahuan ilmiah kedua penalaran tersebut dapat digunakan secara
bersama-sama dan saling mengisi, dan dilaksanakan dalam suatu ujud penelitian
ilmiah yang menggunakan metode ilmiah dan taat pada hukum-hukum logika.
2.
SILOGISME KATEGORIAL
Silogisme Kategorial : Silogisme yang terjadi dari tiga proposisi.
1. Premis umum : Premis Mayor (My)
2. Premis khusus remis Minor (Mn)
3. Premis simpulan : Premis Kesimpulan (K)
Dalam
simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term mayor, dan
predikat simpulan disebut term minor.
Aturan umum dalam silogisme kategorial sebagai
berikut:
1. Silogisme harus terdiri atas tiga term yaitu : term mayor, term minor, term
penengah.
2. Silogisme terdiri atas tiga proposisi yaitu premis mayor, premis minor, dan
kesimpulan.
3. Dua premis yang negatif tidak dapat menghasilkan simpulan.
4. Bila salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negatif.
5. Dari premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yang positif.
6. Dari dua premis yang khusus tidak dapat ditarik satu simpulan.
7. Bila premisnya khusus, simpulan akan bersifat khusus. Dari premis mayor
khusus dan premis minor negatif tidak dapat ditarik satu simpulan.
Contoh silogisme Kategorial:
My : Semua mahasiswa adalah lulusan SLTA
Mn : Badu adalah mahasiswa
K : Badu lulusan SLTA
My : Tidak ada manusia yang kekal
Mn : Socrates adalah manusia
K : Socrates tidak kekal
ada
dua cara untuk menarik kesimpulan dari suatu teks atau wacana yakni melalui
penalaran deduksi dan penalaran induksi.
Penalaran deduksi
dilakukan terhadap data (pernyataan) umum untuk Ø kemudian ditarik kesimpulan yang khusus. Penalaran deduksi
terbagi atas dua bagian yaitu silogisme dan entimen.
Silogisme adalah penalaran deduksi secara tidak langsung.
Silogisme • memerlukan dua premis sebagai data. Premis pertama
disebut premis umum, premis yang kedua disebut premis khusus. Dari kedua premis
tersebut, kesimpulan itu dirumuskan. Penalaran deduksi yang kedua yaitu
entimen.
Entimen adalah penalaran deduksi secara langsung. •
Contoh:
Silogisme
PU: Binatang mamalia melahirkan anak dan tidak bertelur.
PK: Ikan paus binatang binatang mamalia.
K : Ikan paus melahirkan anak dan tidak bertelur.
Entimen
Ikan paus melahirkan
anak dan tidak bertelur karena termasuk binatang mamalia.
Penalaran induksi dilakukan terhadap peristiwa-peristiwa khusus, Ø untuk kemusian dirumuskan sebuah kesimpulan, yang mencakup
semua peristiwa-peristiwa khusus itu. Yang termasuk ke dalam penalaran induksi
yaitu generalisasi, analogi, dan hubungan kausal.
Generalisasi
adalah proses penalaran yang menggunakan beberapa • pernyataan yang mempunyai ciri-ciri tertentu untuk
mendapatkan kesimpulan yang bersifat umum.
Analogi adalah cara bernalar dengan membandingkan dua hal yang • memiliki sifat sama. Cara ini didsarkan asumsi bahwa jika
sudah ada persamaan dalam berbagai segi, maka akan ada persamaan pula dalam
bidang lain.
Hubungan kausal adalah
cara penalaran yang diperoleh dari peristiwa-peristiwa yang memiliki pola
hubungan sebab-akibat. •
Contoh:
Generalisasi
Jika dipanaskan, besi memuai.
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jika dipanaskan, emas memuai.
Jadi, jika dipanaskan, semua logam akan memuai.
Analogi
Arief
seorang alumni SMUN 1 Tegal dapat diterima kerja di perusahaan Pak Subur. Oleh
sebab itu, Nani yang juga lulusan SMUN 1 Tegal pasti dapat pula diterima kerja
di perusahaan pak Subur.
Hubungan Kausal
Kemarin
Badu tidak masuk kantor. Hari ini pun tidak. Pagi tadi istrinya pergi ke apotek
membeli obat. Karena itu, pasti Badu sedang sakit.
3.SALAH NALAR
Salah
nalar adalah kesalahan struktur atau proses formal penalaran dalam menurunkan
kesimpulan sehingga kesimpulan tersebut menjadi tidak valid. Jadi berdasarkan
pengertian tersebut, salah nalar bisa terjadi apabila pengambilan kesimpulan
tidak didasarkan pada kaidah-kaidah penalaran yang valid. Terdapat beberapa
bentuk salah nalar yang sering kita jumpai, yaitu: menegaskan konsekuen,
menyangkal antiseden, pentaksaan, perampatan-lebih, parsialitas, pembuktian
analogis, perancuan urutan kejadian dengan penyebaban, serta pengambilan
konklusi pasangan.
(Sumber : Wikipedia)